WSP SIDOARJO MENJABAT TANGAN ANDA ...TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA...,SALAM PERSAUDARAAN...

SALAM PERSAUDARAAN .....TERIMA KASIH TELAH HADIR DI BLOG KAMI Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources Glitter Photos Glitter PhotosGlitter PhotosGlitter PhotosGlitter Photos

KANTOR WS PAMUNGKAS SIDOARJO

Foto saya
SIDOARJO, JATIM, Indonesia
KOMPLEK TAMAN SURYA AGUNG-WAGE- BLOK B-11-SIDOARJO TAMAN ATAU DI KANTOR SEKRETARIAT JL KERIS NO 9 RT 04 RW 03 KOMPLEK ANGKATAN LAUT TEBEL – GEDANGAN- SIDOARJO (DPAN MASPION 3 ATAU PABRIK BATU) TLP 0857 3361 5129 /0856 4819 6025 ATAU 0857 337 51077

Senin, 20 Februari 2012

RUATAN

 MAKNA RUAT DAN SEBAGAI TRADISI

Ruwatan berasal dari kata “ruwat”, kata “ruwat” diambil dari kata “luwar”, yang berarti terbebas atau terlepas. Maksud diselenggarakan upacara ruwatan ini adalah agar seseorang yang “diruwat” dapat terbebas atau terlepas dari ancaman mara bahaya (mala petaka).Seseorang yang oleh karena sesuatu sebab ia dianggap terkena sukerta/aib, maka ia harus diruwat. Tradisi kepercayaan yang dimiliki masyarakat Jawa, bahwa seseorang yang terkena sukerta akan mengalami kesialan dalam kehidupan duniawinya, karena itu usaha yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan mengadakan upacara ruwatan tersebut tak lain adalah untuk melindungi manusia dari segala ancaman bahaya dari kehidupannya di dunia.

Ruwatan merupakan tradisi adat yang sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat jawa, pada prakteknya manusia hidup bermasyarakat diatur oleh suatu aturan, norma, pandangan, tradisi, atau kebiasaan-kebiasaan tertentu yang mengikatnya, sekaligus merupakan cita-cita yang diharapkan untuk memperoleh maksud dan tujuan tertentu yang sangat didambakannya. Aturan, norma, pandangan, tradisi, atau kebiasaan-kebiasaan itulah yang mewujudkan sistem tata nilai untuk dilaksanakan masyarakat pendukungnya, yang kemudian membentuk adat-istiadat. Koentja-raningrat  mengatakan bahwa adat-istiadat sebagai suatu kompleks norma-norma yang oleh individu-individu yang menganutnya dianggap ada di atas manusia yang hidup bersama dalam kenyataan suatu masyarakat.

Ditengok dari segi sejarah, adat-istiadat Jawa telah tumbuh dan berkembang lama, baik di lingkungan kraton maupun di luar kraton. Adat istiadat Jawa tersebut memuat sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan kehidupan masyarakat, yang kini masih diakrabi dan dipatuhi oleh orang Jawa yang masih ingin melestarikannya sebagai warisan kebudayaan yang dianggap luhur dan agung. Dalam usahanya untuk melestarikan adat-istiadat, masyarakat Jawa melaksanakan tata upacara tradisi sebagai wujud perencanaan, tindakan, dan perbuatan dari tata nilai yang telah diatur. Sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan diwujudkan dalam upacara tradisi yang pada prinsipnya adalah penerapan dari tata kehidupan masyarakat Jawa yang selalu ingin lebih berhati-hati, agar dalam setiap tutur kata, sikap, dan tingkah-lakunya mendapatkan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan baik jasmaniah maupun rohaniah.
  
Ritual ruwat dibedakan dalam tiga golongan besar yaitu :

1. Ritual ruwat untuk diri sendiri.

untuk membersihkan diri dari hal-hal yang bersifat gaib negatif (buruk) juga termasuk dalam ruwatan. Dengan memasukan kekuatan gaib dalam diri yang bersifat positif (baik), akan memberikan keseimbangan energi dalam tubuh. Hal ini sering dikemukakan oleh para spiritualis Jawa sebagai bentuk nasehat untuk mempelajari hal-hal yang bersifat baik.

Jika orang yang merasa selalu sial, dalam kepercayaan Jawa harus melakukan upacara ruwatan terhadap diri sendiri. Ritual ruwatan ini memiliki banyak sebutan, antara lain adalah Ruwatan Anggara Kencana. Kesialan  yang ada dalam diri manusia dipercaya timbul dari sedulur papat limo pancer atau sebagai pemicunya berasal dari kekuatan lain (makhluk halus). Btempat keberadaan sedulur papat ini dapat dilakukan pendeteksian.


2. Ritual ruwat  untuk lingkungan.

Ruwatan yang dilakukan untuk lingkup lingkungan biasanya dilakukan dengan sebutan mageri atau memberikan pagar gaib pada sebuah lokasi. Sebagai contoh yang sering kita temui dalam masyarakat sekitar kita adalah memberikan pagar gaib. Hal semacam memberikan pagar gaib pada sebuah lokasi (anggap saja rumah) ditujukan untuk beberapa hal, antara lain :a. Memberikan daya magis yang bersifat menahan, menolak, atau memindahkan daya (energi) negatif yang berada dalam rumah atau hendak masuk kedalam rumah.

b. Memberikan pagar agar tidak dimasuki oleh orang yang hendak berniat jahat.

c. Memberikan kekuatan gaib yang bersifat mengusir atau mengurung makhluk halus yang berbeda dalam lingkup pagar gaib.


2. Ritual ruwat untuk wilayah.

Ini bisa ditujukan untuk seseorang yang akan diruwat, namun pelaksanaannya pada siang hari. Sedangkang untuk meruwat lingkup lingkungan, biasanya dilakukan pada malam hari.

Tidak ada komentar:

WS PAMUNGKAS SIDOARJO

DIDIRIKAN PADA TANGGAL 11 NOVEMBER 2010 (11-11-10)OLEH SYARIF SILAHUL MUKMIN

Arsip Blog

Nav2 (Do not Edit Here)